AGAM, HALUAN — Nelayan Tanjung Mutiara kalah bersaing dengan nelayan luar daerah. Penyebabnya, tidak memiliki peralatan modern
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam, Hermanto
mengatakan, solusinya adalah dengan mengubah alat tangkap ikan dengan
yang lebih canggih. Tahun ini, pihak DKP Agam akan membeli satu unit
kapal jaring cincin (purse saine).
Dengan peralatancanggih itu diharapkan hasil tangkapan nelayan bisa lebih meningkat.
Kapal jenis itu juga membuka lapangan kerja bagi nelayan setempat
sebagai anak buah kapal (ABK). Untuk mengoperasikannya dibutuhkan
setidaknya 15 ABK.
Menyusut
Pukek tapi dan kapal bagan semakin menyusut jumahnya di Kecamatan
Tanjung Mutiara. Penyebabnya diduga karena semakin berkurangnya hasil
tangkapan, dan tingginya biaya operasional bagi kapal bagan.
Di sisilain, semakin menjamurnya kapal nelayan canggih dari luar
daerah melakukan penangkapan ikan di Perairan Tiku. Tingginya biaya
operasional kapal bagan, menyebabkan nelayan di kawasan itu beralih ke
kapal tonda.
Alasannya, biaya operasional kapal tonda relatif rendah. Kapal bagan
minimal membutuhkan biaya operasional Rp1,5 juta sekali melaut.
Sementara hasil tangkapan kian berkurang.
“Jumlah kapal tangkap ikan memang jauh berkurang di Kecamatan Tanjung Mutiara, di bandingkan bebrapa tahun lalu,” ujarnya.
Kini diperkirakan jumlah kapal tangkap ikan berbagai jenis hanya
sekitar 41 unit. Itu pun kebanyakan kapal tonda, dan payang. Bagan
jumlahnya tidak sampai 10 unit. Sementara pukek tapi jumlahnya jauh
menyusut. Kini tinggal sekitar 47 unit, dari ratusan unit sebelumnya.
http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4265:nelayan-tanjung-mutiara-butuh-peralatan-modern&catid=10:rubrik-daerah&Itemid=75
Tidak ada komentar:
Posting Komentar