Sabtu, 17 September 2011

Nelayan Tanjung Mutiara Butuh Peralatan Modern;bd

AGAM, HALUAN — Nelayan Tanjung Mutiara kalah bersaing dengan nelayan luar daerah. Penyebabnya, tidak memiliki peralatan modern
Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Agam, Hermanto mengatakan, solu­sinya adalah dengan mengubah alat tangkap ikan dengan yang lebih canggih. Tahun ini, pihak DKP Agam akan membeli satu unit kapal jaring cincin (purse saine).
Dengan peralatancanggih itu diharapkan hasil tangkapan nelayan bisa lebih meningkat.
Kapal jenis itu juga mem­buka lapangan kerja bagi nelayan setempat sebagai anak buah kapal (ABK). Untuk mengoperasikannya dibutuhkan setidaknya 15 ABK.

Menyusut
Pukek tapi dan kapal bagan semakin menyusut jumahnya di Kecamatan Tanjung Mutiara.  Penyebabnya diduga karena semakin berkurangnya hasil tangkapan, dan tingginya biaya operasional bagi kapal bagan.
Di sisilain, semakin menja­murnya kapal nelayan canggih dari luar daerah melakukan penangkapan ikan di Perairan Tiku. Tingginya biaya ope­rasional kapal bagan, menye­babkan nelayan di kawasan itu beralih ke kapal tonda.
Alasannya, biaya opera­sional kapal tonda relatif rendah. Kapal bagan minimal membutuhkan biaya opera­sional Rp1,5 juta sekali melaut. Sementara hasil tangkapan kian berkurang.
“Jumlah kapal tangkap ikan memang jauh berkurang di Kecamatan Tanjung Mutiara, di bandingkan bebrapa tahun lalu,” ujarnya.
Kini diperkirakan jumlah kapal tangkap ikan berbagai jenis hanya sekitar 41 unit. Itu pun kebanyakan kapal tonda, dan payang. Bagan jumlahnya tidak sampai 10 unit. Semen­tara pukek tapi jumlahnya jauh menyusut. Kini tinggal sekitar 47 unit, dari ratusan unit sebelumnya.


http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4265:nelayan-tanjung-mutiara-butuh-peralatan-modern&catid=10:rubrik-daerah&Itemid=75


Tidak ada komentar:

Posting Komentar